Menu

Minggu, 24 Juni 2012

Kebiasaan

Matahari mulai kembali ke singgasana nya. Orang-orangpun mulai kembali ke tempat peraduannya untuk segera melepaskan penat. Ada pula sebagian orang yang masih sibuk menggiring hewan ternaknya untuk kembali ke kandang. Yaaah ini lah lingkungan tempatku berada, rutinitas yang mereka lakukan setiap hari menanti sang rembulan menampakkan wajahnya. Aku yang sedaritadi hanya berdiam diri saja di rumah, melakukan hal-hal yang sangat membosankan yang sudah menjadi rutinitasku saat aku memiliki waktu untuk terbebas dari hiruk-pikuk perkuliahan. Besok hari Senin, itu berarti aku harus bangun saat kebanyakan orang masih terlelap dan merasakan hangatnya tempat tidur dalam balutan selimut. Hari itu ada ujian yang dilaksanakan pukul 07.30, memang tidak terlalu pagi. Namun, mengingat jarak rumahku dengan kampus yang terletak di dua kutub bumi yang saling berlawanan, aku harus berangkat pagi-pagi sekali agar bisa tiba tepat waktu nantinya. Aku sesekali melihat catatanku mengenai materi yang akan diujikan besok. Membacanya perlahan berharap aku bisa mengerti maksud dari materi-materi ini. Catatan ini begitu berantakan, tidak lengkap, sangat antah-berantah. Huruf-huruf sudah tidak berbentuk seperti huruf yang semestinya, aaaahhhhhhh. Akhirnya, aku meninggalkan setumpuk catatan-catatan yang bahkan lebih berantakan dari puing-puing sisa Perang Dunia. Aku alihkan diriku kepada benda yang daritadi menggoda ku untuk segera menggunakannya. Yaaaaa, dia si putih penuh noda yang terlihat pudar warnanya karena aku jarang sekali membersihkannya. Aku mulai memasangkan benda kecil yang dapat membuat orang di seluruh dunia terhubung, canggih bukan? Ya, ini lah perubahan zaman yang makin menuntut kita untuk terus maju dan berkembang menuntun kita menjadi orang yang lebih pintar dan berlari mengejar ketertinggalan kita dari orang-orang yang sudah lebih jauh berlari. Aku mulai menuangkan kata-kata yang ada di dalam pikiranku, mengetik kata demi kata yang melatihku untuk bisa mengeluarkan kata-kata yang ingin aku utarakan. Kadang, aku sulit untuk mengutarakan hal-hal yang hendak aku sampaikan walaupun di dalam pikiranku sudah mulai banyak sekali konsep-konsep kata yang siap untuk dijadikan naskah. Aku terus saja mengetik, melatih diriku dalam bidang menulis, sementara catatan-catatan itu sudah berteriak meminta agar segera di baca. Namun, aku mengalihkan diriku dari catatan-catatan itu, seolah-olah tidak ada catatan yang sedang berteriak hendak dibaca. Aku terus saja berusaha lari dari kenyataan bahwa ada banyak catatan yang berteriak. Kini suara-suara teriakan catatan itu mulai membuatku gelisah, mulai menjadi pribadi yang sangat tidak logis. Mulai untuk terus berharap bahwa besok ada yang memberikan contekan dan aku dapat mengerjakan ujian ini dengan hasil yang baik. Kebiasaan buruk yang sampai saat ini masih belum bisa aku tinggalkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut