Menu

Senin, 25 Juni 2012

Ini Hari Indah! Sangat Indah!

Cuaca saat itu masih gelap. Ayam-ayam pun masih menikmati hangatnya bulu-bulu yang tumbuh indah membalut tubuhnya. Ada suara dari luar tempat persembunyianku yang ku dengar meneriakkan namaku berulang kali, makin lama suara itu makin terdengar jelas. Rupanya seorang wanita yang usianya sudah tidak lagi muda namun tetap terlihat begitu cantik yang berusaha membangunkanku karena dia tahu, ada hari-hari indah yang menungguku untuk segera aku lalui. Aku mulai bergegas menghampirinya agar ia menghentikan teriakkannya yang mulai mengganggu itu. Dengan rasa kantuk yang masih saja menjadi benalu dalam diriku, aku mulai menyiramkan air yang dinginnya seperti air es yang membuat orang-orang meninggal beku pada film Titanic. Sesajen-sesajen yang diperlukan untuk mengawali hari indah ini pun sudah dipersiapkan. Memulai langkah pertamaku menyusuri jalan-jalan yang hampir setiap hari aku lewati, namun tidak pernah ada bosan walau untuk kesekian kalinya bertemu dengan jalan itu, dengan orang-orang yang tiap hari aku temui saat melewati jalan itu, aku senang berada disini, di tempat aku lahir dan di besarkan bersama orang-orang yang mencintaiku dan aku cintai. Langkah demi langkah akhirnya membawaku ke sebuah tempat aku menunggu 'seseorang' yang sangat setia mengantarku untuk melewati hari indah ini. Dia si hijau besar dengan banyak kursi di dalamnya, Bus Rapid Transit (BRT). Dia pun tiba setelah beberapa waktu aku menunggu, aku segera naik dan duduk di tempat yang sudah menjadi favoritku. Setelah melakukan transaksi dengan salah satu petugas di sana, aku mulai mengambil headset di tasku, mendengarkan beberapa lagu di handphoneku yang ampuh menghilangkan jenuh saat tidak ada orang yang dikenal untuk diajak bersenda gurau. Hembusan demi hembusan angin yang berasal dari AC tepat di atas kepalaku, secara ajaib menghipnotisku menjadi mengantuk, lebih mengantuk lagi dan ...... tidur! Sama halnya yang dilakukan Uya Kuya. Aku tidak lagi memperdulikan orang di sekitarku, rasa kantuk ini mengalahkan rasa peduliku, aku memejamkan mataku dan hanya beberapa saat aku sudah tertidur. Aku tiba di kampusku, sebuah tempat yang akan selalu aku datangi hingga aku menjadi seorang sarjana. Berjalan bergegas menuju D31, tempat dilaksanakannya ujian Kewarganeraan yang semalam aku telantarkan begitu saja catatannya. Kelas masih terlihat sepi, aku segera menuju tempat yang cukup strategis untuk melancarkan aksi yang sangat tidak patut ditiru. Aku duduk, mulai membuka cerita-cerita yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan materi yang akan diujikan sebentar lagi. Pengawas datang, aku tetap terlihat santai walau sebenarnya aku tidak memiliki senjata apapun untuk melawan soal-soal yang siap membuat rusuh isi kepalaku. Mulai membaca soal demi soal, tidak ada satupun dari soalnya itu yang aku ketahui sedikitpun, "mampus dah gw!" teriakku dalam hati. Muali memutar-mutar kepala melihat sekeliling, mencari senjata untuk melawan soal di depanku. Ternyata sulit. Pengawas kali ini ternyata lebih menyebalkan dari jeng Kelin. Dia selalu saja berjalan kesana kemari seperti orang yang sedang memiliki bisul di pantatnya, jarang sekali dia duduk. Ujian selesai, yang sudah dipastikan tidak akan akan mendapat nilai hingga 70, miris sekali. Hari ini hanya ada 1 ujian, dan itu berarti aku bisa segera melepaskan diri dari jeratan-jeratan yang mulai membuat diriku lelah, namun aku tahu bahwa ini adalah hari indah, hari yang sangat indah, ku hapus semua anggapan-anggapan burukku mengenai hal-hal yang dapat membuat hari ini menjadi tidak indah. Alarm ilmiah ternyata sudah berbunyi padahal ini baru sekitar jam 10.00, aku ingat bahwa tadi pagi aku melewatkan satu sesajen sebelum mengawali hari indah ini, sarapan. Aku pergi ke tempat yang biasa kami datangi untuk menghentikan alarm ilmiah ini yang terus saja berdering, tentu saja bersama teman-teman yang juga sudah terbiasa ke tempat ini. Kami mulai menikmati makanan yang kami pesan sambil terus membincangkan hal-hal yang tidak pernah habis untuk diceritakan. Aku kembali menunggu si hijau besar yang setia itu, mengantarkanku pulang menuju tempat yang selalu aku rindukan. Semua berlalu seperti biasa di sini hingga aku diturunkan di tempat yang sama dengan tempat aku menunggunya datang tadi pagi. Aku mulai menyusuri jalan demi jalan, melewati jalan yang berbeda dengan jalan yang aku lewati saat berangkat tadi. Setiap pulang, aku memang lebih suka berjalan melewati jalan ini, entah mengapa. Aku mencoba untuk tidak menghiraukan panasnya matahari, aku setting mindset ku untuk berpikir bahwa cuaca nya sejuk, rasakanlah angin berhembus menambah sejuknya suasana siang ini, walau sebenarnya teriknya matahari sedang membakar kulitku. Aku selalu melakukan ini setiap harinya, karena aku ingin setiap hari-hari ku menjadi hari yang indah, sangat indah!

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut