Menu

Jumat, 22 Juni 2012

Dia

Kondisi sedang kacau. Tak pernah terlintas sekalipun di pikiran bahwa dia akan bertindak senekat itu. Dia, orang yang paling dekat denganku. Orang paling berharga di hidupku. Orang yang paling istimewa. Orang yang paling tegar yang pernah saya temui. Orang yang tidak akan ternilai dengan hal-hal apapun yang sangat menggiurkan di dunia ini.
Aku tidak bisa merasakan betapa besarnya luka di hatinya, betapa beratnya beban yang harus ia tanggung selama ini hingga ia memutuskan untuk mengambil tindakan yang sama sekali tidak pernah kami pikirkan. Mungkin dia sudah tidak kuat menanggung semua beban ini sendirian, beban yang dari ke hari makin menyiksa batinnya itu. Dia tidak pernah terlihat mengeluh atau bersedih sedikitpun, walaupun saya tahu, bahwa hatinya sedang berkecamuk ingin segera melepaskan diri dari derita yang selama ini memenjarakannya.
Mungkin dia sudah memikirkan hal ini dari jauh hari sampai akhirnya tekatnya pun bulat. Segala resiko pasti sudah dia pikirkan matang-matang, karena saya tahu, dia adalah orang yang sangat bijaksana. Kami, adalah alasan utama yang membuat dia bertindak demikian. Dia bisa pergi jauh dari sini, melupakan semua masalah dan penderitaan yang selama ini ia pikul sendiri. Namun, dia memikirkan masa depan kami, ia tak ingin melihat kami kelak merasakan penderitaan yang ia rasakan saat ini.  Begitu besar cintanya terhadap kami, tidak bisa diwujudkan dalam bentuk apapun.
Hari itu tepat saatnya dia pergi meninggalkan kami untuk waktu yang sangat lama. Semua berkumpul untuk melihatnya, menyentuhnya, karena butuh waktu yang sangat lama hingga kami bisa melihatnya dan membenamkan diri kami dalam pelukannya yang penuh kehangatan kasih sayang. Namun, aku berusaha bersikap acuh tak acuh. Berusaha menyembunyikan perasaan yang sangat sedih, membayangkan hari-hari yang akan kami lalui tanpa dirinya. "AKU TIDAK KUAT! AKU TIDAK BISA!" teriak diriku dalam hati berulang-ulang. Di saat semua orang bergegas melepasnya, aku adalah satu-satunya orang yang terdiam di depan Televisi seolah tidak ada hal apapun yang terjadi. Saat itu aku bingung, aku berusaha mengalihkan perhatianku dengan cara menonton Televisi, agar aku terlihat kuat di depannya. Namun, air mataku pun tertumpah saat dia mulai memelukku. Aku tidak kuasa membendung semua kesedihanku yang daritadi berusaha aku sembunyikan, ku peluk erat tubuhnya, lalu dia membisikkanku kata yang hingga saat ini membuatku sadar bahwa ada orang yang mempercayaiku dengan sangat, aku harus sukses, aku tidak ingin mengecawakan orang yang selama ini mengorbankan hidupnya demi kebahagian kami.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut